Monday, April 9, 2007

Kalimantan

Chatt Room

(Sovina Sofyan)

Ardi sudah tahu kalau aku ini orang kalimantan tepatnya Banjarmasin pada hari pertama perkenalan kami. Waktu itu aku pake nick name bungas, bahasa banjar yang artinya cantik.

(Bungas) Hi

(Ardi_Jogja) Hi jg

(Ardi_Jogja) asl pls

(Bungas) U1

(Ardi_Jogja) 26 m YK

(Ardi_Jogja) kamu

(Bungas) 23 f bjm

(Ardi_Jogja) Bjm??

(Bungas) Banjarmasin, tau kan?

(Ardi_Jogja) Kalimantan ya?

(Bungas) yup, Kalimantan Selatan

Cuma itu saja reaksinya. Malam itu kami banyak sekali ngobrol tentang berbagai hal termasuk status kami apakah sedang jomblo atau tidak. Terus terang aku masih menyangsikan semua cerita Ardi tentang dia lulusan teknik UGM dan hal lainnya yang dia ceritakan kepadaku. Pertemanan di dunia maya menurutku penuh dengan nuansa kebohongan. Ehmm….tapi cukup menarik ngobrol dengan Ardi malam itu. Tampaknya Ardi pun merasakan hal itu juga. Tiga jam lebih kami chatting. Sampai-sampai Ardi pun minta dikirimin fotoku, entah kenapa aku seperti terbuai dalam obrolan kami malam itu dan aku pun mengiyakan saja permintaannya untuk mengirim fotoku, padahal aku tidak mengenal dia sama sekali.

Malam kedua, aku chatt lagi dengan server, nick name dan channel yang sama seperti kemaren malam dengan harapan bisa ketemu lagi dengan Ardi. Aku putar MP3 di Laptopku untuk menambah asyik chattku malam itu. Tidak berapa lama Ardi menyapaku di Chatt Room dan kali ini Ardi memakai nick name yang sedikit berbeda. Ardi113 entah apa artinya 113. Mungkin nomor kamar hotel atau nomor box tempat dimana dia chatting sekarang. Akh…aku tidak perduli, yang penting dia Ardi yang kemaren malam.


(Ardi113) mana fotonya???

(Bungas) udah, cek aja email mas

(Bungas) tadi pagi udah aku kirim

(Ardi113) ehmmm

(Ardi113) cantik

(Ardi113) Kata orang bahaya dekat sama orang kalimantan

(Bungas) Bahaya kenapa mas??

(Ardi113) aku takut kenapa-napa

(Ardi113) Temen mas yang kerja di kalimantan mati mendadak loh

(Bungas) Tapi kan belum tentu karena kalimantan mas

(Ardi113) Iya..

(Ardi113) tapi ada lagi anaknya temen mas juga mati mendadak ga da sebab disana

(Bungas) Ya ga bisa digeneralisir kaya gitu dong mas

(Bungas) Kalimantan udah modern loh

(Ardi113) Iya

(Ardi113) Trus mas juga punya temen di Kalbar katanya emang kalimantan terkenal dengan magisnya

(Bungas) Wah.. semua daerah juga punya hal-hal yang magis mas, tidak kalah hebatnya dengan kalimantan.

(Bungas) Di Jawa ada, Sulawesi, Sumatera bahkan Amerika pun ada lo, tau voodoo kan?

(Ardi113) Iya maaf ya dik

(Bungas) Ga papa ko

(Ardi113) ehmmm

(Ardi113) Kamu ckp bgt loh

(Bungas) Itu juga karena dukun mas

(Ardi113) Ah ga deh kayanya

(Bungas) Ya.. syukur deh

Obrolanku malam kedua dengan Ardi tidak banyak seperti malam sebelumnya. Aku seperti kehilangan gairah. Alunan lagu-lagu terbaru dari MP3ku pun tidak juga bisa memberikan lagi semangat kepadaku malam itu. Tidak beberapa lama aku pun memutuskan mencari chatter lain untuk membangkitkan semangatku kembali. Aku klik channel Jogjakarta di sudut kiri atas, dan aku lihat daftar nama yang sedang chatting di Channel itu dan aku pilih salah satu nama chatter yang cukup menarik hatiku, Co_ butuh teman.

(Bungas) hi.. butuh teman ya

(Co_butuh teman) iya

(Co_butuh teman) asl pls

(Bungas) 23 f bjm

Lama aku menunggu tidak ada balasan dari temen chatterku ini. Entah kenapa, mungkin takut dengan orang kalimantan juga, hiks. Tapi aku tidak peduli, seleraku memang sudah hilang disapu oleh tuduhan-tuduhan ardi yang tidak masuk akal tentang kalimantanku. Di layar laptop aku lihat tanda merah dari Ardi113, sepertinya dia mencari-cari aku yang hilang begitu aja tanpa pamit. Aku lihat window komunikasi Ardi113.

(Ardi113) Aloooow

(Ardi113) Bungas kemana kamu??

Aku hiraukan window komunikasi dengan Ardi113. aku malas membalas obrolannya lagi, aku takut emosiku semakin memuncak kalau tiba-tiba dia menghina kalimantanku lagi. Aku menengadahkan kepalaku ke atas untuk melihat jam dinding yang tergantung tinggi tepat di atas meja rias yang baru dibelikan ayahku satu minggu yang lalu. Bau cat kayu jatinya pun masih menyengat di hidungku. Pukul 20.00 wita, masih terlalu sore untuk pergi tidur, lagian mataku masih belum dihinggapi rasa kantuk. Tapi tangan kananku seperti mendapatkan kekuatan emosi yang besar untuk menggerakkan mouse dan mengarahkan cursor ke tanda silang merah di sudut kanan paling ujung. Klik…akhirnya aku menutup chatt room dan menutup koneksi internet di laptopku.

Aku masih malas beranjak dari meja riasku tempat dimana aku meletakkan laptopku. Kemudian aku membuka My Documents dan aku klik My Pictures. Banyak folder foto-fotoku. Aku buka salah satu folder yang berisikan foto-foto ketika aku dan teman-teman melakukan penelitian di pedalaman Kalimantan Timur. Lucu –lucu tingkah polah temanku ketika difoto. Tapi kali ini aku tidak tertawa melihatnya.

Perasaanku tidak enak, aku merasa sedih dan kaget dengan tuduhan-tuduhan Ardi tentang kalimantanku. Aku tengok kesamping kanan belakang, Aku lihat spreiku yang berwarna biru pastel berantakan sekali dengan buku-buku, remote tv , charger handphone yang berserakan di atasnya. Melihat itu semua semangatku pun menjadi ikut-ikutan berantakan. Tapi tempat tidurku seperti punya daya tarik yang kuat memanggil-manggil aku untuk segera datang merasakan betapa nikmatnya merebahkan badan di atasnya.

Aku matikan laptopku. Aku pun beranjak dari meja rias dan merebahkan badanku diatas tempat tidur dengan kedua tangan yang aku silangkan menjadi bantal untuk kepalaku. Memang enak ternyata tidur-tiduran di atas tempat tidurku meskipun keadaannya berantakan. Aku memandang setiap sudut kamarku yang semua dindingnya berwarna krem. Aku lihat di sudut kanan kamarku baju-baju bekas aku pakai kemaren dan tadi pagi masih bergantungan. Rupanya pembantuku belum mengambilnya untuk dicuci besok pagi.

Tidak terasa malam semakin larut. Aku tengok lagi jam dindingku, pukul sudah menunjukkan jam 00.00 wita. Kantuk belum juga menghampiri. Tiba-tiba aku teringat dengan teman lamaku yang bukan orang kalimantan. Dua minggu aku satu kamar dengan temanku itu di sebuah hotel bintang empat karena kita sama-sama mengikuti sebuah training yang diadakan oleh sebuah universitas terkenal di pulau Jawa. Pagi itu di kamar hotel, kami bersiap-siap untuk menghadiri pembukaan acara training. Dan aku pun bergegas untuk berpakaian setelah mandi dengan air hangat. Aku buka koperku dan aku langsung memilih baju putih warna favoritku. Tiba-tiba temenku yang sudah siap dari tadi tapi tidur-tiduran lagi di tempat tidur karena menunggu aku, bertanya kepadaku.

“Di kalimantan baju bisa cepet kuningnya ya”. Kata temanku polos.

“Akh…kata siapa, buktinya bajuku putih bersih.” Sambil mengerutkan dahi sambil menatapnya heran.

“Loh disanakan apa-apa dilakukan disungai” Lagi-lagi dengan ekspresi polosnya.

Saat itu aku tidak begitu menghiraukan omongan temenku itu. Aku buru-buru, jam sudah menunjukkan tinggal 15 menit lagi waktu kami, padahal kami belum sarapan.

Tanganku terasa kesemutan karena kelamaan aku jadikan bantal untuk kepalaku. Cepat-cepat aku pakaikan bantal betulan ke kepalaku. Aku tengok topi capingku yang cantik yang kubawa dari Kutai Barat masih tergantung sempurna di dinding sebelah kiri tempat tidurku. Capingku benar-benar mempermanis kamarku. Melihat topi capingku yang semarak dengan warna-warni mencolok itu, biasanya aku tersenyum teringat kenangan manis ketika berada di Kutai Barat yang eksotis. Tapi malam ini capingku tidak mampu menghibur hatiku, aku masih merasa sedih mengingat omongan Ardi dan teman satu kamarku dulu. Rasanya hatiku seperti teriris-iris sembilu, dan sembilu kali ini bukan sembilu dari bambu tapi sembilu dari hinaan Ardi dan temanku tentang Kalimantan. Pedih dan sakit sekali. Terus terang aku tidak rela Kalimantanku dinilai dengan sangat ekstrim begitu saja. Aku tidak rela Kalimantanku dikatakan berbahaya dan terbelakang. Kalimantanku sudah begitu, maju dan modern, tidak ada lagi bahaya di Kalimantanku. Masyarakatnya ramah, puritan dan juga sudah banyak yang berpendidikan. Bahkan sudah banyak yang S3 apalagi S2 dan S1 sudah bertebaran di Kalimantanku. Ledeng dan listrik sudah sampai hampir ke semua pelosok desa di Kalimantanku. Jalan-jalan hampir semuanya beraspal di Kalimantanku. Mau ke Plaza juga ada di Kalimantanku, hotel berbintang tiga dan empat ada di Kalimantanku, restoran banyak di Kalimantanku. Bahkan mobil keluaran terakhirpun selalu ada di Kalimantanku. Rumah sakit kami pun tidak kalah megahnya dengan rumah sakit di pulau jawa.

Hatiku panas mengingat hinaan itu. Kamarku pun ikut-ikutan menjadi panas oleh hatiku dan juga ditambah oleh musim kemarau panjang yang tidak kunjung berganti. Aku berkeringat, punggungku terasa basah, aku pun menaikkan sedikit badanku untuk menggapai remote AC yang menempel rendah di dinding atas tempat tidurku. Aku arahkan remote ke AC yang terletak tinggi di dinding tepat di atas tv. Aku tekan tombol on dan aku klik tombol bertanda segitiga yang ujungnya menghadap kebawah. Aku tekan-tekan terus tombol itu sampai temperatur minimum. Aku berharap hatiku bisa sesejuk badanku terkena AC. Aku pun memecet remote tv untuk menyalakannya. Berulangkali aku pencet-pencet tombol channel tvku, tidak ada yang menarik, semuanya menayangkan sinetron yang membuat aku semakin muak karena jalan ceritanya yag tidak masuk akal, dibuat-buat, diperpanjang demi mendapatkan keuntungan.

Aku lelah, akhirnya mataku mengantuk, tapi otakku sepertinya masih enggan untuk beristirahat. Otakku masih berputar-putar berusaha mencari jawaban kenapa teman-temanku menganggap kalimantanku dengan pandangan yang negatif Aku termenung memikirkan jawabannya. Telentang, tengkurap, hadap kanan, hadap kiri sambil memeluk guling, menutup mata dengan bantal, duduk di sudut tempat tidur dan mentup semua badan dengan selimut sudah aku lakukan, tetapi tetap tidak kutemukan jawabannya.

“Teman-temanku. Aku tidak marah dengan kalian, selamat tidur”

Akhirnya otakku menyerah dan mengikuti keinginan kedua mataku yang sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Aku tekan tanda off untuk mematikan tv dan aku pun tertidur dengan membawa harapan bahwa di luar sana pasti ada banyak orang yang punya pandangan positif terhadap kalimantanku.

2 comments:

Fahmi R. Kubra said...

As-Salamu'alaikum wr.wb.
Hi there, sebenarnya ini nggak sengaja mampir. Lagi nyari2 data org bakumpai, eh nemu gadis-dayak :)
Frankly, setahuku org banjar jarang ngaku2 dayak.

OK, kenalan dulu. Namaku Fahmi R. Kubra, Asli Bakumpai. Lahir di Barito Utara, 38 thn yl. Udah tua banget :)
Domisili sekarang di Bogor, Jawa Barat. Satu hal yang kusuka dari orang Bakumpai & dayak ngaju pada umumnya. Sangat menjunjung harga diri dan kehormatan. Jauh lebih baik dari org jawa maupun sunda.

OK, sukses selalu. Gaya bertuturmu bagus... teruslah berkarya.

Salam,

Fahmi R. Kubra

Raihani said...

Hi Tumbang Samba,

Tumbang Samba ngaran daerah kan ya?? He he... pian kesal ya dengan hinaan orang tentang kalimantan? Jgn kuatir, mereka itu kan krn ngga tau aja.. O ya.. punya gambar Guru Ijai yang sudah discan ngga? Kalo punya boleh minta ngga?

r41han1@yahoo.co.id